Kemiskinan Membawa Kita
Menuju Ketaqwaan
Siapa yang tak tahu tentang arti kemiskinan. Kemiskinan bukan dilihat dari segi materi saja. Namun dapat kita lihat dari segi manapun, misalnya miskin hati dan miskin ilmu. Miskin harta sudah jelas sekali kita rasakan dan mungkin sekarang kita sedang merasakannya. Semua orang memang tidak ada yang menginginkan keadaaan seperti ini. Namun inilah kehidupan, ada yang bilang seperti roda berputar, terkadang posisi kita berada di atas dan terkadang kita berada di bawah. Saat kita berada di atas atau dalam kondisi serba kecukupan, semua hasrat atau keinginan menghampiri kita, danterkadang kita lupa untuk bersyukur. Namun di saat kita berada di bawah atau dalam kondisi kekurangan, pasti kita selalu mengeluh karena merasa bahwa kita selalu mendapatkan cobaan yang berat , padahal jika kita selalu berfikir positif semua itu akan menjadi pelajaran buat kita.
Banyak orang yang memandang kemiskinan dari segi negatifnya saja. Misalnya orang miskin pasti mereka kurang mendapatkan pendiidkan, dan merekapun tinggal dalam lingkungan yang keras yang membuat hidup mereka liar. Banyak diantara mereka yang melakukan tindakan kriminal, seperti mencuri, merampok, membunuh, dan melakukan tindakan susila lainnya. Mengapa mereka melakukan tindakan seperti itu???? YA, faktor ekonomilah yang paling utama yang membuat mereka seperti itu. Ketidakmampuan untuk memenuhi semua kebutuhannya, membuat mereka melakukan tindakan yang hanya memenuhi keinginan dan tidak mementingkan akibatnya, dan mungkin karena kurangnya ilmu pengetahuan yang membuat mereka melakukan tindakan yang tidak mempunyai etika dan dipengaruhi juga oleh faktor lngkungan hidup mereka yang keras.
Memang itu terjadi, namun hanya sebagian saja. Jika kita lihat dari segi positifnya, banyak sekali pelajaran yang didapat dari kemiskinan. Kemiskinan dapat membawa kita menuju ketaqwaan, menjadi sosok yang lebih tegar, sabar dan hidup mandiri. Susahnya mendapatkan sesuatu membuat mereka akan terus berusaha dengan sungguh-sungguh dan tidak mudah putus asa, karena lain halnya dengan orang yang serba kecukupan, saat mereka menginginkan sesuatu, pasti selalu ada di depan mereka.Tapi mungkin mereka telah bekerja keras dan menikmati hasil jerih payah mereka. Bukan berarti orang miskin malas atau tidak mau bekerja keras, mereka telah berusaha namun keadaan yang berkata lain, tapi saya yakin itu hanya masalah waktu saja, Allah SWT tidak mungkin membuat hambanya sengsara, itu adalah ujian dan cobaan untuk mereka yang bertujuan untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mereka dan akan berakhir dengan kebahagiaan.
Lingkungan yang keras menuntut mereka untuk hidup mandiri, selalu berusaha dengan maksimal agar keinginan mereka bisa tercapai, mungkin disetiap usahannya mereka pernah berputus asa, tapi disitulah mereka mendapatkan pelajaran untuk tetap sabar dan ikhlas menghadapinya.
Kita sebagai sesama manusia harus saling tolong-menolong dan saling melengkapi, jadi jika ada diantara kita yang tidak mampu baik dalam hal materi maupun yang lainnya, maka sudah seharusnya kita membantunya, mungkin salah satu caranya adalah bersedekah, baik dalam bentuk uang maupun barang, mengeluarkan sebagian rezeki kita untuk mereka. Dalam bentuk barang misalnya dengan memberikan beras, makanan pokok lainnya, atau bisa juga dengan pakaian layak pakai, karena pada saat itu mereka sangat memerlukan sekali uluran tangan dari kita. Jika tidak kita siapa lagi yang akan membantu mereka.
Kita tahu bahwa banyak rumah-rumah kumuh yang berada dipinggir-pinggir rel kereta api tepatnya di wilayah Jakarta yang dijadikan tempat tinggal untuk mereka, padahal keadaan seperti itu tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal, karena kebersihan lingkungannya yang tidak terjaga, sehingga akan mudah sekali terserang penyakit. Lebih memprihatinkan lagi mereka tinggal di sana tidak dengan cuma-cuma, tetapi mereka harus membayar pajak, dan terkadang rumah mereka menjadi sasaran penggusuran oleh pemerintah.
Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, biasanya mereka mengumpulkan barang-barang bekas yang nantinya akan di jual, misalnya aqua-aqua bekas yang sering ada di pinggir-pinggir jalan, kebiasaan itu mereka lakukan setiap hari, meskipun tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan mereka tetapi mereka tetap optimis. Selain tinggal di pinggir rel kereta api, banyak juga diantara mereka tinggal di bawah kolong jembatan yang di bawahnya terdapat air kali yang mengalir, dan setiap harinya mereka mengambil barang-barang bekas yang mengalir di kali tersebut. Sungguh tidak bisa dibayangkan betapa sulitnya mereka untuk mendapatkan sesuap nasi.
Sering kali sebagian dari kita seakan-akan merasa risih akan kehadiran mereka, tapi anda pasti berfikir bahwa mereka juga tidak mau hidup seperti itu. Namun kita harus bangga kepada mereka, karena mereka telah membantu kita untuk menjaga kebersihan lingkungan. Tapi kita harus membantu mereka untuk keluar dari kemiskinan yang mereka alami.
Dari uraian di atas banyak sekali hal-hal yang harus kita pelajari. Dalam kesulitan mereka tetap tegar, optimis dan mau bekerja keras melawan pahitnya kehidupan, dan saya berharap agar pemerintah lebih peka lagi dalam mengatasi masalah kemiskinan ini.
Di bawah ini adalah penggambaran tempat tinggal mereka tepatnya di pinggir rel kereta api dan di kolong jembatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar